Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Indahnya hari ini bukan kita berkehendak tapi dengan usaha dan berdoa kepada Allah maka indahnya rencana yang kita susun bisa terlaksana dengan kehendak-Nya karena Allah memberikan yang terbaik dan tepat pada waktunya kepada setiap makhluknya.....

Selamat Datang di blog ini mudah-mudahan ada yang bisa di ambil...
"umua baru sataun jagung, darah baru satampuk pinang, denai ketek jolong baraja, kok ado salah tolong di ingek-an"
Selamat menikmati...

Minggu, 27 Februari 2011

ANTARA SABAR DENGAN MARAH


Wahai orang-orang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatsan negerimu) dan bertaqwalah keapda Allah agar kamu beruntung” (QS Ali Imran:200)

     Kata- kata sabar sering kita dengarkan apabila kita mendapat  musibah, apakah itu datangnya dari hati kecil kita atau dari teman, saudara dan keluarga yang ada di sekitar kita. Sering pula kita terfikir dan terucapkan bahwa untuk mengatakan “sabar” itu mudah tapi kenyataanya sulit. Sehingga ketika  kita mencoba sabar kata-kata “tapi” selalu mengiringinya, Alhasil kesabaran kita pun di pertanyakan.
   Ayat diatas begitu indahnya memerintahkan kita untuk memper kuat kesabaran, kenyatan dari ayat itu pun benar karena dalam kehidupan kita ini salah satunya tindakan sabar itulah yang membuat seseorang berharga di mata orang lain. Coba kita telaah kalimat “seorang yang bijak adalah orang yang mampu menahan amarahnya dan bersabar untuk menyelesaikan masalah yang di hadapinya” coba kita sama-sama membayangkan sebentar, jika dalam sebuah masalah sebut saja antara kita dengan teman kalau kedua-duanya sama-sama mau menang dengan argumentnya, kira-kira bagaimana kesudahan masalah tersebut, coba seandainya salah satu atau keduanya bersabar dan dengan tenang menjelaskan dan menyelesaikannya, insyallah masalah itu akan selesai.
    Kata sabar memang kadang membuat kita merasa kurang nyaman atau malahan kesal dan berujung tindakan kemarahan apakah dengan kata-kta yang tidak pantas atau tindakan fisik yang tidak pada tempatnya, biasanya hal ini disebabkan kurangnya kita mengkolaborasi antara sabar dengan menahan amarah atau lebih populer di sebut management marah. Itulah kenapa ayat di atas menghimbau kita untuk bersabar  karena sesunguhnya sabar adalah benteng pertama kita.
   Pernah kita melihat seseorang yang sedang di pukuli tidak membalas pukulan itu karena mereka mengatakan kita harus sabar. Itu benar namun tidak seperti itu juga, karena kita juga sudah pernah di sampaikan dan diberikan contoh oleh rasul kita Muhammad SAW, kalau kita sudah dijajah baik aqidah, harga diri, kebenaran, mertabat keluarga danlain-lain secara keterlaluan maka kita juga harus membalasnya, namun caranya itu tetap dengan pengabungan SABAR dengan Management marah, teladan telah diberikan rasul terkait dengan ini silahkan baca di Sirah Nabi Muhammad SAW. Nah saudaraku yang seiman sekarang pertanyaannya sudah sejauh mana kita bisa memprkuat ke sabaran kita.
    Jika kita bisa untuk memperkuatnya insyallah janji Allah tetang hal itu akan kita dapatkan, sesuai dengan firman Allah:
dan bersabarlah, karena Sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan( QS Hud: 115)

     Banyak kisah terkait dengan kesabaran ini dan balasan untuk mereka contoh saja kisah as habul khafi yang belari dari raja zalim pada masanya, mungkin kalau ia tidak sabar dan besikeras maka ia akan terbunuh atau malah aqidah mereka yang terlepaskan, namun dengan kesbararan mereka, mereka memilih untuk mengasingkan diri sehinggan nyawa mereka selamat dan aqidah mereka tetap di pertahankan.
   Mungkin kita juga pernah mendapatkan masalah yang membuat  kita sulit untuk berlaku sabar, namun dengan kita mencoba memahaminya dan melihat indahnya janji Allah setelah itu maka sudah sepantasnyalah kita berlaku sabar dan mencari jalan keluarnya.
   Kata “marah” biasanya yang menjadi penghalang untuk melakukan tindakan sabar tersebut, untuk itu mari kita yang memiliki daya marah yang lebih coba kita redam dengan berpikiran positif terhadap masalah karena masalah itu tidak hanya di pandang dari satu sisi tapi pandang juga dari sisi yang lainnya agar kita tahu akar dan cara penyelesaian masalahnya. Ibarat dua sisi mata  uang kalau kita melihat uang dari satu sisi saja kita tidak akan tahu apakah uang yang kita lihat dan pegang itu untuh, jangan-jangan hanya di satu sisi saja yang ada nominalnya sehingga uang itu pun tidak bisa kita belanjakan. Kemudian untuk mengatasi kata marah itu mari kita selalu memberi maaf akan kesalahan itu agar kita dapat melatih kemampuan sabar dan management marah.
uŽÈ  
Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal.  dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf” (QS Asy Syuura: 37)

    Mungkin kita bisa menarik inti dari management marah itu, intinya adalah berpikir positif dan melapangkan hati untuk senantiasa memaafkan. Kedengaranya memang sulit tapi kalau niat dalam diri kita sudah bulat terkait dengan pengendalian marah untuk mempraktekan tindakan sabar maka tidak ada yang sulit untuk itu “jangan katakana tidak sebelum mencoba sesuatu yang baik”. Mari kita praktekan mudah mudahan kita termasuk kedalam orang yang bersyukur.

dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal di tengah (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung. jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, Maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaannya) bagi Setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur. atau kapal-kapal itu dibinasakan-Nya karena perbuatan mereka atau Dia memberi maaf sebagian besar (dari mereka)” (QS Asy Syuura: 32-34)

                

Selasa, 22 Februari 2011

Mengapa Kami Memilih Islam

Muhammad Sulaiman Takeuchi

Ethnolog Jepang

Alhamdulillah saya telah menjadi seorang Muslim. Islam telah menarik perhatian saya karena tiga hal:

  1. Persaudaraan dalam Islam dan isinya merupakan kekuatan pertahanan.
  2. Penyelesaian praktis tentang beberapa masalah kehidupan manusia. Dalam Islam tidak ada pemisahan antara ibadat dan kehidupan manusia dalam masyarakat. Bahkan orang-orang Islam melakukan sembahyang secara bersama-sama (berjamaah), sama seperti kalau mereka melakukan tugas-tugas kemasyarakatan, karena mengharap keridlaan Allah s.w.t.
  3. Islam adalah kombinasi material dan spiritual dalam kehidupan manusia.
Persaudaraan Islam itu tidak mengenal golongan, suku bangsa dan keturunan. Persaudaraan Islam menghimpun semua kaum Muslimin dari seluruh pelosok dunia. Lebih dari itu, Islam tidak khusus untuk segolongan tertentu, Islam adalah agama umum untuk semua manusia dari segala bangsa; apakah mereka orang-orang Pakistan atau orang-orang India; apakah mereka orang-orang Arab atau orang-orang Afganistan; China atau Jepang. Singkatnya Islam itu agama dunia untuk semua bangsa dan semua benua. Islam menjamin dapat memecahkan segala kesulitan hidup. Islam adalah agama langit satu-satunya yang menang terhadap segala tantangan zaman dan ajaran-ajarannya tetap asli sebagaimana yang diwahyukan kepada Rasulullah s.a.w. sejak 14 abad yang lalu. Islam adalah agama fithrah (natural religion), dan karena itulah maka Islam adalah agama yang fleksibel, sesuai dengan segala kebutuhan manusia dengan segala perbedaannya pada setiap zaman, sebagaimana Islam telah membuktikan peranannya yang penting dalam perkembangan sejarah kenegaraan dan kemasyarakatan dalam waktu yang relatif singkat. Islam mengatur susunan masyarakat dalam usahanya untuk menyelamatkan kemanusiaan, sebagaimana juga Islam bukan suatu agama yang berdiri di pinggir lapangan hidup manusia. Tidak seperti agama Buddha dan Kristen yang menganjurkan supaya mengkesampingkan segala hubungan duniawi dan menjauhkan diri dari masyarakat kemanusiaan. Sebagian penganut Buddha mendirikan kelenteng-kelenteng di kaki-kaki gunung yang, tidak bisa dicapai oleh manusia, kecuali dengan susah payah. Banyak contoh dalam kehidupan keagamaan orang-orang Jepang, di mana mereka menjadikan "tuhan" itu jauh dari jangkauan manusia.
Begitu juga halnya dengan orang-orang Kristen yang mendirikan tempat-tempat bersemedi (monasteries) di tempat-tempat yang yang terpencil. Kedua agama itu memisahkan kehidupan keagamaan dari kehidupan manusia yang biasa. Sedangkan Islam kita dapatkan sebaliknya. Kaum Muslimin mendirikan mesjid-mesjid di tengah-tengah kampung atau kota, atau di pusat-pusat perdagangan kota. Agama kita (Islam) menganjurkan supaya melakukan sembahyang bersama-sama dan supaya menjaga kemaslahatan masyarakat, dengan ketentuan bahwa hal itu termasuk bagian dari agama.
Kehidupan manusia adalah campuran antara jiwa dan benda, sebab Allah s.w.t. telah menciptakan kita dari ruh dan jasad, sehingga kalau kita memang menginginkan kesempurnaan dalam hidup, kita harus mempersatukan roh dan jasad, dan tidak memisahkan kehidupan rohani dari kehidupan kebendaan. Islam menganggap kedua-duanya (kerohanian dan kebendaan) itu penting, dan meletakkan keduanya pada tempatnya yang benar. Atas dasar inilah falsafah kehidupan Islam berdiri, mencakup semua segi kehidupan manusia.
Saya adalah orang yang baru saja memeluk Islam. Sejak saya memeluknya dua tahun yang lalu, saya telah menemukan Islam sebagai agama persaudaraan atas dasar akidah (kepercayaan) dan amal.
Jepang pada waktu ini adalah suatu negara yang paling maju dalam bidang industri, dan masyarakat Jepang telah berubahnya seluruhnya, sebagai akibat revolusi teknologi dengan akibatnya yang berupa corak kehidupan yang materialistis. Dan karena negeri ini miskin dengan sumber-sumber alam, maka bangsa Jepang harus bekerja keras siang dan malam untuk menutupi kebutuhan hidupnya dan menjaga keseimbangan perdagangan dan industrinya. Itulah sebabnya, makanya kami selalu sibuk dengan usaha-usaha mencari kekayaan untuk hidup yang tidak ada pengaruhnya dalam kehidupan rohani. Seluruh perhatian kami ditumpahkan untuk memperoleh keuntungan-keuntungan duniawi, karena kami tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memikirkan soal-soal yang bukan kebendaan.
Bangsa Jepang tidak mempunyai agama dan tidak mempunyai tujuan apa-apa. Bangsa Jepang hanya mengikuti pengaruh materialisme Eropa, dan mungkin inilah yang menambah kebekuan jiwa bangsa Jepang, sebab jasmani mereka yang telah mengecap kenikmatan makanan yang lezat dan pakaian yang bagus, tidak disertai dengan jiwa yang berbahagia.
Saya yakin bahwa momentum ini adalah kesempatan yang paling baik untuk menyiarkan agama Islam di kalangan bangsa Jepang. Sebab ketidak-tahuan yang menjalar di belakang benda duniawi telah menyebabkan bangsa-bangsa yang menyebut dirinya maju itu telah menjadi mangsa atau korban kekosongan jiwa. Dan Islam adalah satu-satunya agama yang sanggup mengisi kekosongan jiwa mereka, dan kalau langkah-langkah yang teratur dilakukan untuk dakwah Islam di Jepang sekarang, maka tidak akan lebih dari dua atau tiga turunan, seluruh bangsa ini telah masuk dalam agama ini. Saya menegaskan bahwa usaha serupa itu akan merupakan pertolongan yang besar buat Islam di Timur jauh, sekaligus merupakan nikmat terbesar bagi kemanusiaan di bagian dunia ini.



Mengapa Kami Memilih Islam
Oleh Rabithah Alam Islamy Mekah
Alih bahasa: Bachtiar Affandie
Cetakan Ketiga 1981
Penerbit: PT. Alma'arif, Bandung

Senin, 21 Februari 2011

Sebuah Makna



TENTANG WAKTU

Gunakanlah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan.

Gunakablah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi.

Gunakanlah waktu untuk berdoa, itulah sumber ketenangan

Gunakanlah waktu untuk belajar, itulah sumber kebijaksanaan.

Gunakanlah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa dari Tuhan.

Gunakanlah waktu untuk tersenyum, itu adalah music yang menggetarkan hati.

Gunakanlah waktu untuk membantu, itu adalah keberartian hidup.

Gunakanlah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan.

Gunakanlah waktu untuk beramal, itu adalah kunci menuju syurga.

HADIAH TERBAIK
Kepada Kawan – Kesetiaan
Kepada Musuh – Kemaafan
Kepada Pemimpin – Khidmat
Kepada yang muda – keteladanan
Kepada yang tua – budi baik dan kesetiaan
Kepada pasangan – cinta dan ketaatan
Kepada manusia – kebebasan
Kepaada lisan – kebenaran
Kepada Allah – ketaqwaan, kesetiaan, ketaatan dan cinta


BAHAYA PERKATAAN

Kata yang di ucapkan sembarangan dapat melahirkan perselisihan.


Kata yang buruk dapat menghancurkan tatanan klehidupan.

Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan keteganggan.

Kata-kata penuh cinta dapat menyembuhkan dan membahagiakan

Kata-kata yang lembut dapat melembutkan hati yang lebih keras dari batu.

Tetapi kata-kata yang kasar dapat mengasarkan hati yang lembut seperti sutera.

Orang yang hebat bertindak sebelum berkata dan dia bertindak selaras dengan perkataanya

TUJUAN HIDUP

Hidup memerlukan pengorbanan
Pengorbanan memerlukan perjuangan
Perjuangan memerlukan ketabahan
Ketabahan memerlukan keyakinan
Keyakinan yang menentukan kejayaan
Kejayaan yang akan menentukan kebahagiaan
Kebahagian yang berujung kepada ridho Allah, agar bekumpul di surga Allah.



Saduran dan sedikit tambahan dari buku : "Public Speaking Spritual Motivation" by Hendi Kurniah

Minggu, 20 Februari 2011

Sebuah Perjalanan Kepemimpinan (part 2) "Nasehat Sang Kakek"


1 February 2010

Hari ini cuaca cukup bagus ia pun memulai langkahnya ke kampus yang merupakan tempat segala amanah baginya sekarang, baik sebagai amanah orang tua untuk mengobati jerih payahnya di kampung yaitu title “ SARJANA” anak nya, baik itu sebagai teman bagi kawan2nya dikampus, baik sebagai mahasiswa dengan dosenya dan amanah tambahan pada hari yang lalu sebagai ketua umum BEM Fakultas yang belajar untuk menjalani amanah itu sebaik-baiknya.

Hari yang baru pun dimulai, hari ini ia masih sendiri karena teman yang akan bergerak bersama dalam satutahun kepengurusan belum terbentuk…

Langkah pun seusai kuliah yang biasanya  langsung pulang, tidak bisa dilaksankan, ia pun melangkah ke sekre BEM untuk melihat-lihat kondisi dan ia melihat beberapa surat masuk diatas meja ketua umum itu.
Ia pun mulai membacanya satu persatu, dan mencoba menadainya di buku agenda yang dahulunya jarang di isinya.

Sembari hari itu berjalan dengan kesibukan melihat surat dan berfikir mau di mulai dari mana kepengurusanya, ia teringat dengan sebuah kisah dimasa kecilnya..

Ketika itu jum’at, disebuah masjid di sebuah desa
“kakek sama kita kemesjidnya” ujar sang cucu pada kakeknya
Dengan langkah pelan sang kakek menungu cucunya yang berlari mendekatinya
Mereka berjalan ke masjid tempat biasa mereka jum’at-an
Sesampai di masjid sang kakek melakukan sholat 2 rakaat, begitu juga sang cucu
Sembari menungu katib naik mimbar dan khotbah jum’at di mulai, sang kakek dengan dinginya merangkul  cucu laki-lakinya itu, dan memijat-mijat cucunya itu
Percakapan pun dimulai pada saat itu
“ kek, kenapa jarang anak seusia aku ini datang ke masjid kek” ujar si cucu
“ aku pun ke masjid ini karena di suruh sama papa tuh ( bibirnya yang di majukan menunjuk papanya yang sedang sholat di saf k 2) kek, kalau ngak mungkin ngak ke masjid” tambah si anak
Sang kakek pun tersenyum dengan pertanyaan cucunya itu.
Kemudian sang kakek memulai perkataanya, karena memang sang kakek ini  adalah tipe orang yang sedikit bicara alias pendiam.
“ cucuku pernah dengar guru ngajinya bilang ini ngak, jika anak mu telah berusia 7 tahun (akhil baliq) dan masih juga tidak mau mendirikan sholat maka pukul lah dia” ujar sang kakek
Sang cucu pun berfikir apa yang pernah di ucapkan guru mengaji di TPA-nya, karena kebetulan usianya sekarang 7 tahun lebih.
“ ia kek ada” jawab si cucu
Sang kakek pun tersenyum dan katib pun naik mimbar dan cerita itu terputus sampai disana.
Sepengal kisahnya di penantian waktu katib jum’at naik kemimbar tanda shlat jum’at sudah dimulai pada masa kanak-kanaknya itu kembali mengingatkanya akan nasehat kakenya itu.

Namun ia teringat akan kebingunganya pada masa itu yang akhirnya ia pergi ke tempat kakeknya sepulang dari shalat jum’at, kemudian ia bertanya maksud dari kalimat kakenya itu, Alhamdulillah sang kakek pun menjelaskan, maksud dari perkataan sang kakek pada saat penantian katib naik mimbar tadi adalah makna PENGONTROLAN, PENGORBANAN dan KETAULADANAN dari orang tua pada anak tehadap perintah wajib sholat, agar si anak tidak di pukul karena melalaikan sholat maka ajak lah ia bersama dengan kita (orang tua), sehing perintah itu pun di contoh oleh sang anak nantinya, itu maksud sang kakek, kalau tidak juga baru lah di pukul , itulah yang disampaikan sang kakek pada masa itu.

Tidak hanya pengontrolan dan ketauladanan saja yang ia ambil akan cerita sang kakek,ada bebrapa hal juga yang ia coba pahami, yaitu kalau mau memulai sesuatu yang baik, kalau HATI kita BELUM bisa menerimanya maka PAKSA lah ia untuk melakukanya, insyallah PUPUKAN ke IKHLASAN akan LAHIR nantinya, sama halnya dengan anak yang sudah akhil baliq yang belum mau mendirikan sholat maka pukul lah dia, sebuah keterpaksan namun sembari berputarnya waktu keterpaksaan itu berubah menjadi ke ikhlasan.

Hikmah yang coba ia rangkai ulang itu pun ia coba menjadikan dasar untuk melaksanakan satu tahun kepengurusan BEM….

Pengontrolan…..
Pengorbanan…..
Ketauladanan….

Dan sedikit memaksa hati untuk menjalankan amanah yang berat ini karena memang ia kurang bisa berdiri didepan podium, bisa salah-salah perkataanya, dan ia pun belum bias menjadi orang yang adil yang di maksudkan Allah SWT.

Maka untuk itu, butuh sedikit paksaan agar belajar terhadap kekuranggan itu…
Silahkan ambil hikmah dari pengalan cerita singkat hari  ini, maaf jika kurang tepat bahasa yang digunakan.... Insyallah cerita akan dilanjutkan sampai kemimpinan itu di coba dan di tempa.....

To Be Continued........

Selasa, 08 Februari 2011

Mengapa Kami Memilih Islam

Miss Fatima Kazue (Jepang)

     Sejak terjadinya perang dunia ke-II, saya telah kehilangan kepercayaan kepada agama kami, yakni sejak saya menjalankan kehidupan secara Amerika. Saya merasa ada sesuatu yang terlepas dari jiwa saya, akan tetapi saya bisa menentukan apa yang telah hilang itu, sedangkan jiwa saya tetap menuntut supaya saya menentukan apa yang hilang itu.
     Adalah nasib baik bagi saya kenal dengan seorang Muslim yang sudah lama tinggal di Tokyo, dan cara hidup serta ibadahnya sungguh mengagumkan saya. Lalu saya tanya dia tentang beberapa masalah yang dijawabnya dengan jawaban yang cukup meyakinkan, memuaskan akal dan jiwa sekaligus. Dia memberitahukan kepada saya tentang bagamana seharusnya manusia hidup sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditentukan Allah s.w.t. Saya tidak membayangkan sebelumnya bahwa pandangan manusia akan berubah secepat apa yang saya alami dalam jiwa saya, ketika saya mengikuti dan menjalankan kehidupan secara Islam. Saya merasa bahwa saya setuju dengan Tuhan yang menciptakan saya.
 Dengarlah penghormatan seorang Muslim: "Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh". Kalimat itu merupakan do'a memohonkan keselamatan dari Allah, do'a mohon kebahagiaan yang abadi. Ini sangat berbeda dengan kata-kata "good morning" dan "good afternoon", suatu penghormatan yang hanya secara sederhana mengharapkan kebaikan pagi dan sore, di dalamnya tidak terkandung harapan yang kekal, tidak pula mengandung do'a kepada Allah agar melimpahkan rahmat dan berkah-Nya.
     Sahabat saya yang Muslim itu mengajarkan kepada saya tentang banyak hal yang harus diimani oleh setiap Muslim serta peribadatan yang harus ditunaikan. Saya.amat tertarik oleh cara hidup menurut ajaran Islam, kebersihannya, keluasannya dan kebiasaannya mengucapkan salam.
Saya yakin sepenuhnya bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang bisa menjamin keselamatan dan ketentraman hidup seseorang dan masyarakat secara merata. Hanya Islam sajalah yang memberikan keselamatan hakiki kepada alam kemanusiaan, berlaku dalam waktu yang lama dan membimbing rnereka kepada keamanan.
    Berbahagialah saya, bahwa saya setuju dengan jalan keselamatan, dan saya sangat mengharap dapat menyebarluaskan Islam di kalangan bangsa saya, manakala saya menemukan jalan untuk itu.




Oleh Rabithah Alam Islamy Mekah
Alih bahasa: Bachtiar Affandie
Cetakan Ketiga 1981
Penerbit: PT. Alma'arif, Bandung

Senin, 07 Februari 2011

Doa Selepas Solat


Dengan nama Allah, Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 

         Segala puji tertentu bagi Allah, Tuhan yang nentadbir seluruh alam. Puji-pujian bagi Allah yang nelimpahi nikmat-Nya dan memberi penambahan-Nya· Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala pujian sebagaimana yang sesuai dengan kebesaran zat-Mu, dan kehebatan kekuasaan-Mu.
          Ya Allah cucurilah rahmat dan sejahtera ke atas penghulu kami Nabi Muhammad hamba-Nya dan Pesuruh-Nya, Nabi yang ummi, dan ke atas keluarganya serta sahabat-sahabatnya. Ya Allah, aku memohon dari-Mu kebajikan yang segera dan yang akan datang yang Engkau ketahui dan aku tidak ketahui. Aku memohon dari-Mu syurga dan apa saja yang boleh aku menghampiri kepada-Nya dari percakapan, perbuatan, gerak hati dan keyakinan dan aku berlindung dengan Engkau dari azab neraka.
       Aku memohon kebajikan sebagaimana yang dipohon oleh hamba-Mu dan Pesuruh-Mu, Nabi Muhammad s.a.w. Ya Allah, apa yang Engkau tentukan atasku sesuatu perkara, jadikanlah kesudahannya pertunjuk wahai Tuhan yang hidup, wahai Tuhan yang berdiri dengan sendiri, wahai Tuhan yang Maha Besar dan Maha Mulia.
        Tiada Tuhan yang lain melainkan Engkau, dengan kemurahan rahmar-mu, ukau memohon pertolongan, dan dari azab-Mu aku minta dijauhkan; dan perbaikkanlah keadaanku seluruhnya sebagaimana Engkau perbaikkan orang-orang yang salih. Maha Suci Tuhan; Engkau Tuhan yang Maha Mulia mengikut yang mereka sifatkun; dan selamat sejahteralah ke atas Rasul-rasul; dan segala puji tertentu bagi Allah, Tuhan pentadbir seluruh alam.

Dengan nama Allah Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 
     Segala puji bagi Allah Tuhan pentadbir seluruh alam. Rahmat dan sejahtera semoga dilimpahkan ke atas junjungan besar Nabi Muhammad yang semulia-mulia pesuruh-Nya, serta ke atas keluarga dan sekalian sahabat-sahabatnya. Ya Allah wahai Tuhan kami, hidupkan kami dengan iman, matikan kami dalam iman, serta masukkan kami ke dalam syurga bersama-sama iman. Ya Allah, ya Tuhan kami, ampunilah segala dosa kesalahan kami dan dosa-dosa kesalahan ibu bapa kami, serta kesihanilah ibu bapa kami sebagaimana mereka berdua mengasihani kami semasa kecil. Ya Allah, akhirilah umur kami dengan kesudahan yang balk dan janganlah kiranya Engkau akhirkan umur kami dengan kesudahan yagn tidak baik. Ya Allah, ya Tuhan kami, janganlah kiranya Engkau pesongkan iman kami sesudah Engkau kurniakan kepada kami pertunjuk. Anugerahilah kami rahmat kerana sesungguhnya Engkau Maha Pengurnia.
        Ya Allah wahai Tuhan kami, kami berlindung denganMu daripada syak dan keraguan dan menyengutukanMu, dan kami berlindung denganMu daripada kufur dan beriman dengan pura-pura, dan kami juga mohon perlindungan denganMu daripada kejahatan akhlak, dan pandangan yang buruk, dan kesudahan yang buruk pada harta-harta kami, keluarga kami dan anak-anak kami sekalian. Ya Allah, wahai Tuhan kami, kami berlindung dengan-Mu daripada segala bala bencana, daripada mendapat kecelakaan yang berpanjangan dan kesudahan yang buruk. Kami juga mohon perlindunganMu daripada kegembiraan orang-orang yang membenci kami di atas kekecewaan kami; dan kami mohon perlindunganMu daripada mengidap sebarang penyakit dan harapan yang menghampakan.
     Wahai Tuhan kami, kurniakanlah kepada kami kebaikan di dalam dunia ini dan juga di dalam akhirat, dan peliharalah kami daripada azab neraka. Semoga Allah mencucuri rahmat dan sejahtera ke atas junjungan kami Nabi Muhammad dan ke atas seluruh keluarga dan sahabat-sahabat baginda. Dan segala puji itu tertentu bagi Allah, Tuhan pentadbir seluruh alam.


Minggu, 06 Februari 2011

Sebuah Perjalanan Kepemimpinan

Cerita ini menceritakan sebuah penggalaman dalam merangkai dan menjalankan sebuah organisasi yang ada di kampus

Perjalanan  itu bermula kepada seseoarng yang diamanahkan sebagai Ketua di BEM Fakultas yang berada di sebuah Universitas  yang ingin menjadi  rujukan oleh semua kampus yang ada.

31 January 2010,

Disebuah gedung, cerita kepemimpinan itu dimulai…

Walaupun di hari-hari sebelumnya dia telah di nobatkan jadi ketua, hal ini di sebabkan calon yang di naikan di fakultas hanya satu, sebuah pembelajaran sudah bisa diambil, yaitu “ AKLAMASI” status ini sudah dua kali terjadi di kampus itu, namun itu semua tidak ada jeleknya paling tidak belajar pemilihan pemimpin di zaman Nabi Muhammadh SAW yang insyallah akan terujut lagi…

Kembali kepada kondisi di gedung tadi..

Tepat pada pukul 16.00, ketua BPU Fakultas menyampaikan “nama ini” menjadi Ketua Umum BEM Fakultas.

Ketika hal itu di sampaikan teringatlah oleh nya masa-masa kampanye (walau satu orang pengenalan berupa kampanye tetap dilakukan) dimana masa tersebuat ia berlatih bagaimana bicara di depan audiens karena ia memang bukan orang yang rileks dan santai untuk bicara didepan orang banyak dan alhamdullillah masa itu bisa di gunakan dan dimanfatkanya..

Satu hal lagi yang terlintas dipikiranya, “kenapa ia dicalonkan menjadi ketua” alhasil jawaban itu pun di temukan, ia harus bisa menjadi pemimpin yang “adil dan bijak”, itu lah yang harus di pupuknya, jawaban itu pun membuat dia teringat dengan kisah yang pernah didapatnya, pikiranya pun melayang…

                Ada seorang anak dengan bapaknya, pecakapan pun dimulai..
                “ Pa, koq pak RT nya ngak adil sih pa?” Tanya si anak.
                “ Tidak adil Gimana?” siayah pun balik bertanya.
                “ Tuh liat pupuknya tidak sama dikasih” ujar si anak
   Bapaknya pun tersenyum, berfikir gimana menjelaskan pada anak yang baru berusia 7 tahun itu.
   “ Begini anak ku, pak RT nya adil” jelas si ayah
   “ Ngak pa” potong si anak
   “ Sekarang coba dengar dulu penjelasan papa”, anak itu pun serius untuk mendengarkanya.
   “ Begini, di rumah kita ada berapa?” sedikit pertanyaan si ayah
   “ Ber-4 pa?” jawab si anak
   “ Siapa aja?”
   “ Papa, mama, kakak dan aku” ujar si anak
   “ Kakak mu kelas berapa?” Tanya ayahnya lagi
   “ SMA kelas 3, pa” dengan jelasnya si anak menjawab.
   “ Kalau papa punya uang 100 untuk biaya sekolah kalian, berapa harus papa kasih sama kamu dan  
      kakak?” pertanyaan pun keluar lagi
  Si anak pun ber fikir….
   “ Uang sekolahku 20 ribu sedangkan kakak 70 ribu…. “
  Ayahnya pun tersenyum melihat anaknya bicara sendiri
  “ Oke lah ayah kasih kamu 50 ribu dan kakak 50 ribu juga, gimana? Kan adil tu udah di bagi dua” 
     potong siayah.
 Anaknya pun menganguk mengeleng dan menjawab “ ngak pa, kalau gitu uang sekolah kakak ngak 
  cukup pa, aku 25 ribu kakak 75 ribu, itu baru adil pa” ujar si anak
 Ayahnya pun tersenyum “ udah tau berarti keadilan itu tidak harus sama besar..” ayahnya coba 
 menyimpulkan
 “ Tapi yah apa hubunganya dengan petani itu?” sangah anak dengan muka kebingungan
 “ Hubunganya adalah luas sawah mereka tidak sama besar, sama halnnya dengan uang sekolah 
    antara kamu dan kakak, sehingga pembagiaan pak RT nya seperti itu, seperti jawaban kamu tadi 
    terhadap uang 100 ribu papa”
 “oooooo… hahahaha, ia yah” jawab sianak dengan senyum gembira.

Cerita itu pun membuatnya terhening memikirkan kesimpulan akhir ayahnya, pikiranya pun terputar-putar dan muncullah perkataan “ Keadilan itu tidak harus SAMA BESAR tapi sesuiakan dengan KEMAMPUAN DAN PENCAPAIAN YANG DI INGINKAN, baik dalam KEGIATAN maupun penyelesaian MASALAH”, itu dia kata nya.

Ketika pikiran-pikiran itu ber main di otaknya, ia pun di silahkan untuk maju kedepan menyampaikan pidato kenegaraanya…

Ia pun maju, sesampai di depan, kata yang di ucapkanya “ innalillahi wa innailaihiraji’un” ia menyatakan jabatan ini adalah amanah yang harus dipikul dan harus dipertangung jawabkan pada sang Khaliq yaitu ALLAH SWT. Pidatonya pun dimulai puja puji pada Allah dan swalawat pada nabi Muhammadh SAW membuka pidato itu, paparan pun mulai ia sampaikan baik terkait dengan pergerakan mahasiswa sekarang, visi dan misi yang dikupas dan cara mencapainya serta mohon bantuan dari rekan-rekan mahasiswa di fakultas itu.

Dan hari itu pun di tutup dengan suka dan dukanya tersendiri….
Silahkan ambil hikmah dari pengalan cerita singkat hari  ini, maaf jika kurang tepat bahasa yang digunakan.... Insyallah cerita akan dilanjutkan sampai kemimpinan itu di coba dan di tempa.....

To Be Continued..........
                

Jumat, 04 Februari 2011

Mengapa Kami Memilih Islam


Mohammad Asad



Seorang Negarawan, Wartawan dan Pengarang

Pada tahun 1922 saya rneninggalkan tanah air saya Austria untuk melakukan perjalanan ke Afrika dan Asia, sebagai wartawan khusus untuk beberapa harian yang besar di Eropa. Sejak itu, hampir seluruh waktu saya habiskan di negeri-negeri Timur-Islam.
Perhatian saya terhadap bangsa-bangsa yang saya kunjungi itu mula-mula adalah sebagai orang luar saja. Saya melihat susunan masyarakat dan pandangan hidup yang pada dasarnya berbeda dengan susunan masyarakat dan pandangan hidup orang-orang Eropa, dan sejak pandangan pertama, dalam hati saya telah tumbuh rasa simpati terhadap pandangan hidup yang tenang, yang boleh saya katakan lebih bersifat kemanusiaan jika dibanding dengan cara hidup Eropa yang serba terburu-buru dan mekanistik. Rasa simpati ini secara perlahan-lahan telah menyebabkan timbulnya keinginan saya untuk menyelidiki sebab adanya perbedaan itu, dan saya menjadi tertarik dengan ajaran-ajaran keagamaan orang Islam. Dengan persoalan ini, saya belum merasa tertarik cukup kuat untuk memeluk agama Islam, akan tetapi telah cukup membuka mata saya terhadap suatu pemandangan baru mengenai masyarakat kemanusiaan yang progresif dan teratur, dengan mengandung hanya sedikit pertentangan, tapi dengan rasa persaudaraan yang sangat besar dan sunguh-sungguh, walaupun kenyataan hidup orang-orang Islam sekarang masih jauh berbeda dengan kemungkinan-kemungkinan yang dapat diberikan oleh ajaran-ajaran Islam.
Apa saja yang dalam ajaran Islam merupakan gerak dan maju, di kalangan orang Islam telah berubah menjadi kemalasan dan kemandegan. Apa saja yang dalam ajaran Islam merupakan kemurahan hati dan kesiapan berkorban, di kalangan muslimin sekarang telah berubah menjadi kesempitan berpikir dan senang kepada kehidupan yang mudah, sehingga saya benar-benar bingung memikirkannya, keadaan yang sangat bertentangan antara kaum muslimin dahulu dan kaum muslimin yang sekarang.
Hal inilah yang telah mendorong saya untuk lebih mencurahkan perhatian terhadap persoalan yang rumit ini. Lalu saya mencoba menggambarkan seolah-olah saya sungguh-sungguh merupakan salah seorang anggota masyarakat Islam. Hal itu merupakan percobaan ilmiah murni yang telah memberikan kepada saya dalam waktu yang singkat tentang pemecahannya yang tepat.
Saya telah dapat membuktikan bahwa satu-satunya sebab kemunduran sosial dan budaya kaum Muslimin sekarang ialah karena mereka secara berangsur-angsur telah meninggalkan semangat ajaran Islam. Islam masih tetap ada, tapi hanya merupakan badan tanpa jiwa. Unsur utama yang dahulu pernah tegak berdiri sebagai penguat dunia Islam, sekarang justru menjadi sebab kelemahannya. Masyarakat Islam sejak mulai berdirinya telah dibina atas dasar keagamaan saja, dan kelemahan dasar ini tentu saja melemahkan struktur kebudayaan, bahkan mungkin merupakan ancaman terhadap kehancurannya sendiri pada akhirnya.
Semakin saya mengerti bagamana ketegasan dan kesesuaian ajaran Islam dengan praktek, semakin menjadi-jadilah pertanyaan saya, mengapa orang-orang Islam telah tidak mau menerapkannya dalam kehidupan yang nyata? Tentang ini saya telah bertukar pikiran dengan banyak ahli pikir kaum Muslimin di seluruh negara yang terbentang antara gurun Libia dan pegunungan Parmir di Asia tengah, dan antara Bosporus sampai laut Arab. Suatu soal yang hampir selalu menguasai pikiran saya melebihi pemikiran tentang lain-lain kepentingan dunia Islam. Soal ini tetap menjadi titik berat perhatian saya, sampai akhirnya saya, seorang yang bukan Muslim, berbicara terhadap orang-orang Islam sebagai pembela agama Islam sendiri menghadapi kelalaian dan kemalasan mereka.
Perkembangan ini tidak terasa oleh saya, sampai pada suatu hari musim gugur tahun 1925 di pegunungan Afganistan, seorang Gubernur yang masih muda berkata kepada saya: "Tapi Tuan adalah seorang Muslim, hanya Tuan sendiri tidak menyadarinya." Saya sangat kaget dengan kata-katanya itu dan secara diam-diam saya terus memikirkannya. Sewaktu saya kembali ke Eropa pada tahun 1926, saya pikir satu-satunya konsekwensi logis dari pendirian saya ialah saya harus memeluk agama Islam. Hal itulah yang telah menyebabkan saya menyatakan ke-Islam-an saya, dan sejak itu pulalah datang bertubi-tubi pertanyaan-pertanyaan yang berbunyi: "Mengapa engkau memeluk Islam? Apanya yang telah rnenarik engkau?"
Menghadapi pertanyaan-pertanyaan semacam itu saya akui bahwa saya tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan selain keterangan bahwa tidak ada satu ajaran tertentu dalam Islam yang telah merebut hati saya, sebab Islam itu adalah satu keseluruhan yang mengagumkan; satu struktur yang tidak bisa dipisah-pisahkan tentang ajaran moral dan program praktek hidup. Saya tidak bisa mengatakan bagian manakah yang lebih nnenarik perhatian saya.
Dalam pandangan saya, Islam itu adalah laksana sebuah bangunan yang sempurna segala-galanya. Semua bagiannya, satu sama lain merupakan pelengkap dan penguat yang harmonis, tidak ada yang berlebih dan tidak ada yang kurang, sehingga merupakan satu keseimbangan yang mutlak sempurna dan perpaduan yang kuat.
Mungkin kesan saya bahwa segala sesuatu dalam ajaran Islam dan teori-teorinya itu tepat dan sesuai, telah menciptakan kekaguman yang amat kuat pada diri saya. Mungkin memang demikian, mungkin pula ada kesan-kesan lain yang sekarang sulit bagi saya menerangkannya. Akan tetapi bagamanapun juga hal itu adalah merupakan bahan kecintaan saya kepada agama ini, dan kecintaan itu merupakan perpaduan dari berbagai macam sebab; bisa merupakan perpaduan antara keinginan dan kesepian, bisa merupakan perpaduan antara tujuan yang luhur dan kekurangan, dan bisa merupakan perpaduan antara kekuatan dan kelemahan.
Demikianlah Islam telah masuk ke dalam lubuk hati saya, laksana seorang pencuri yang memasuki rumah di tengah malam. Hanya saja Islam telah masuk untuk terus menetap selama-lamanya, tidak seperti seorang pencuri yang masuk rumah untuk kemudian dengan tergesa-gesa keluar lagi. Sejak itu saya telah bersungguh-sungguh mempelajari apa yang dapat saya pelajari tentang Islam. Saya telah mempelajari Al-Qur'an dan Sunnah Rasul s.a.w. Saya pelajari bahasa agama Islam berikut sejarahnya, dan saya pelajari sebahagian besar buku-buku/tulisan-tulisan mengenai ajaran Islam dan juga buku-buku/tulisan-tulisan yang menentangnya. Semua itu saya lakukan dalam waktu lebih dari lima tahun di Hejaz dan Najed, dan lebih banyak lagi di Madinah, sehingga saya bisa mengalami sesuatu dalam lingkungan yang orisinal, di mana agama ini dikembangkan untuk pertama kalinya oleh Nabi yang berbangsa Arab. Sedangkan Hejaz merupakan titik pertemuan kaum Muslimin dari berbagai negara, dimana saya dapat membandingkan beberapa pandangan keagamaan dan kemasyarakatan yang berbeda-beda yang menguasai dunia Islam sekarang.
Semua pelajaran dan perbandingan itu telah menanamkan kepuasan dalam hati saya, bahwa Islam sebagai satu keajaiban rohani dan sosial masih tetap tegak, walaupun ada kemunduran-kemunduran yang ditimbulkan oleh kekurangan-kekurangan kaum Muslimin sendiri. Sebegitu jauh Islam masih tetap merupakan kekuatan terbesar yang pernah dikenal ummat manusia. Dan sejak waktu itu perhatian saya tumpahkan untuk mengembalikan agama ini kepada kejayaannya semula.


Tentang Pengarang : Mohammad Asad

Mohammad Asad Leopold Weiss di1ahirkan di Livow, Austria pada tahun 1900. Pada umur 22 tahun, beliau mengunjungi Timur Tengah dan selanjutnya menjadi wartawan luar negeri dari harian "Frankfurter Zeitung" Setelah masuk Islam, beliau pergi dan bekerja di seluruh dunia Islam, dari mulai Afrika Utara sampai Afganistan di bagian Timur, dan setelah beberapa tahun mempelajari Islam, beliau telah menjadi seorang Muslim terpelajar yang terkemuka di abad kita sekarang. Dan setelah berdirinya negara Pakistan, beliau ditunjuk menjadi Director of the Department of Islamic Reconstruction di Punjab Barat, kemudian diangkat sebagai wakil Pakistan di PBB.
Dua buku Mohammad Asad yang penting ialah "Islam in the Cross Roads (Islaim di Persimpangan Jalan)" dan "Road to Mecca (Jalan ke Mekah)". Beliau juga menerbitkan majalah bulanan "Arafat", dan sekarang sedang menyelesaikan terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Inggris. Buku "Road to Mecca" telah diterjemahkan oleh Fuad Hasyem dan diterbitkan oleh P.T. Al Ma'arif, Bandung.



Mau Download
Mengapa Kami Memilih Islam
Oleh Rabithah Alam Islamy Mekah
Alih bahasa: Bachtiar Affandie
Cetakan Ketiga 1981
Penerbit: PT. Alma'arif, Bandung