Nagari Maek, Kec. Bukit Barisan, kab. Lima Puluh Kota
Perjalanan itu dimulai ketika penulis di amanahkan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah nagari yang nun jauh di dekat per batasan Sumbar dengan Riau. Perjalan yang menempuh waktu 4-5 jam perjalanan dari Ibukota Provinsi Sumatera Barat, Padang. Perjalan itu dimulai pada hari Senin, 11 Juli 2011, penulis pun optimis untuk berangkat ke sana karena Nagari itu disebut sebagai Nagari Seribu Menhir, penulis pun penasaran dengan hal itu. Keberangkatan pun dimulai dari Padang menuju Kab. Lima Puluh Kota, penulis melalui perjalan yang cukup panjang mulai dari Padang – Lubuk Alung – Sicicin – Kayu Tanam – Padang Panjang – Bukittinggi – Payakumbuh. Dari kota payakumbuh pun, penulis mengarah kearah Suliki dengan melewati perjalanan yang juga memakan waktu. Sebelum kita sampai di suliki tepatnya sebuah simpang tiga dimana ada sebuah papan nama PUSKESMAS SULIKI di sanalah penulis mengambil jalan ke kanan. Dimulai lah perjalan yang lebih menantang.
Perjalan ke Nagari Maek pun terus berlanjut dengan tantang yang berbeda, dari simpang tiga tadi penulis terus berjalan menuju kecamatan Bukit Barisan. Dari sanalah perjalan berat datang, ibarat lagu Ninja Hatori “mendaki gunung lewati lebah, bersama teman bertualang” ditambah lagi penurunan yang curam dan berbatu-batu sulit untuk penulis membayangkan jalanya. Namun hal itu terobati dikala kita sampai di rumah makan kedua Nagari Maek dari arah kecamatan karena kita akan di sambut oleh pemandangan bukit – bukit yang mempesoana dan perkampungan penduduk yang permai, dari tempat itu untuk menuju ke pemukiman penduduk masih ada jarak lebih kurang 3 KM lagi dan menempuh perjalan yang lebih susah lagi, hal itu terobatai ketika kita sampai di pemukiman penduduk disambut dengan jalan yang lurus dan sebuah bukit yang berlobang berdiri dengan gagahnya serta senyuman masyarakat Maek tepatnya Masyarakat Jorong Koto Gadang.
Maek, Sebuah nagari yang di lingkupi berbagai bukit yang menjulang ke langit, bukit yang indah dan elok mulai dari bukit yang berlobang yang di sebut oleh masyarakatnya sebagai bukit Pasuak, bukit yang menyerupai paha rusa di namai bukit Pao Ruso, bukit yang menyerupai tunggul padi yang di dipanggil bukit Tunggua dan banyak lagi bukit yang menjulang dan membuat negeri itu menjadi negeri yang mempesona. Nagari ini pun dialiri oleh sebuah batang sungai yang dahulunya perlu dilintasi dengan rakit untuk pergi ke sekolah oleh anak-anak Maek tersebut, batang sungai itu di panggil Batang Maek. Nagari maek nagari yang sangat luas terdiri atas 12 jorong yang jaraknya cukup jauh antara satu jorong dengan jorong lainya, jorong yang ada di Maek antaranya Jorong Koto Gadang, Bungo Tanjung, Sopan Tanah, Aur Duri, Ampang Gadang 1, Rona, Ampang Gadang 2, Sopan Gadang, Koto tinggi 1, Koto Tinggi 2, Koto Tinggi 3, dan jorong yang paling jauh dengan jarak dari jorong awal tadi (Koto Gadang) lebih Kurang 14 Km yang berbatasan dengan Nagari Kapur Sembilan, nagari perbatasan Sumbar-Riau yaitu Jorong Nenan, perjalan kesana pun menempuh jalan berbatu, mendaki, tanah dan menurun.
Negri Seribu Menhir itu lah sebutan nagari Maek tersebut, agaknya tidak salah lah julukan itu karena memang disana terdapat 3 lokasi yang mehir yang dilindungi oleh BP3K mulai dari Lokasi di Koto Gadang yang jumlah menhirnya lebih kurang 20 han, kemudian di Rona dan yang terbanyak ada di Jorong koto tinggi 2 yang belum sempat dan cukup bingung penulis menghitungnya karena jumlahnya yang banyak. Menhir adalah sebuah batu besar atau kecil yang di buat atau didirikan oleh manusia masa pra Sejarah. Menhir yang ada di Maek semuanya mengarah ke Gunung bunsu, begitulah hal yang di sampaikan tokoh masyarakat sekaligus pegawai BP3K di nagari Maek tersebut.
Itulah sedikit gambaran Nagari yang elok dan permai tersebut yakni Nagari Maek, Kec. Bukit Barisan, Kab. Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, insyallah akan dilanjutkan lagi oleh penulis beserta perjalan KKn di Nagari tersebut.