1 February 2010
Hari ini cuaca cukup bagus ia pun memulai
langkahnya ke kampus yang merupakan tempat segala amanah baginya sekarang, baik
sebagai amanah orang tua untuk mengobati jerih payahnya di kampung yaitu title “
SARJANA” anak nya, baik itu sebagai teman bagi kawan2nya dikampus, baik sebagai
mahasiswa dengan dosenya dan amanah tambahan pada hari yang lalu sebagai ketua
umum BEM Fakultas yang belajar untuk menjalani amanah itu sebaik-baiknya.
Hari yang baru pun dimulai, hari ini ia masih
sendiri karena teman yang akan bergerak bersama dalam satutahun kepengurusan
belum terbentuk…
Langkah pun seusai kuliah yang biasanya langsung pulang, tidak bisa dilaksankan, ia
pun melangkah ke sekre BEM untuk melihat-lihat kondisi dan ia melihat beberapa
surat masuk diatas meja ketua umum itu.
Ia pun mulai membacanya satu persatu, dan
mencoba menadainya di buku agenda yang dahulunya jarang di isinya.
Sembari hari itu berjalan dengan kesibukan
melihat surat dan berfikir mau di mulai dari mana kepengurusanya, ia teringat
dengan sebuah kisah dimasa kecilnya..
Ketika itu jum’at, disebuah masjid di sebuah
desa
“kakek sama kita kemesjidnya” ujar sang cucu pada kakeknya
Dengan langkah pelan sang kakek menungu cucunya yang berlari mendekatinya
Mereka berjalan ke masjid tempat biasa mereka jum’at-an
Sesampai di masjid sang kakek melakukan sholat 2 rakaat, begitu juga sang cucu
Sembari menungu katib naik mimbar dan khotbah jum’at di mulai, sang kakek dengan dinginya merangkul cucu laki-lakinya itu, dan memijat-mijat cucunya itu
Percakapan pun dimulai pada saat itu
“ kek, kenapa jarang anak seusia aku ini datang ke masjid kek” ujar si cucu
“ aku pun ke masjid ini karena di suruh sama papa tuh ( bibirnya yang di majukan menunjuk papanya yang sedang sholat di saf k 2) kek, kalau ngak mungkin ngak ke masjid” tambah si anak
Sang kakek pun tersenyum dengan pertanyaan cucunya itu.
Kemudian sang kakek memulai perkataanya, karena memang sang kakek ini adalah tipe orang yang sedikit bicara alias pendiam.
“ cucuku pernah dengar guru ngajinya bilang ini ngak, jika anak mu telah berusia 7 tahun (akhil baliq) dan masih juga tidak mau mendirikan sholat maka pukul lah dia” ujar sang kakek
Sang cucu pun berfikir apa yang pernah di ucapkan guru mengaji di TPA-nya, karena kebetulan usianya sekarang 7 tahun lebih.
“ ia kek ada” jawab si cucu
Sang kakek pun tersenyum dan katib pun naik mimbar dan cerita itu terputus sampai disana.
Sepengal kisahnya di penantian waktu katib
jum’at naik kemimbar tanda shlat jum’at sudah dimulai pada masa kanak-kanaknya
itu kembali mengingatkanya akan nasehat kakenya itu.
Namun ia teringat akan kebingunganya pada masa
itu yang akhirnya ia pergi ke tempat kakeknya sepulang dari shalat jum’at,
kemudian ia bertanya maksud dari kalimat kakenya itu, Alhamdulillah sang kakek
pun menjelaskan, maksud dari perkataan sang kakek pada saat penantian katib
naik mimbar tadi adalah makna PENGONTROLAN, PENGORBANAN dan KETAULADANAN dari
orang tua pada anak tehadap perintah wajib sholat, agar si anak tidak di pukul karena
melalaikan sholat maka ajak lah ia bersama dengan kita (orang tua), sehing
perintah itu pun di contoh oleh sang anak nantinya, itu maksud sang kakek,
kalau tidak juga baru lah di pukul , itulah yang disampaikan sang kakek pada
masa itu.
Tidak hanya pengontrolan dan ketauladanan saja
yang ia ambil akan cerita sang kakek,ada bebrapa hal juga yang ia coba pahami,
yaitu kalau mau memulai sesuatu yang baik, kalau HATI kita BELUM bisa
menerimanya maka PAKSA lah ia untuk melakukanya, insyallah PUPUKAN ke IKHLASAN
akan LAHIR nantinya, sama halnya dengan anak yang sudah akhil baliq yang belum
mau mendirikan sholat maka pukul lah dia, sebuah keterpaksan namun sembari
berputarnya waktu keterpaksaan itu berubah menjadi ke ikhlasan.
Hikmah yang coba ia rangkai ulang itu pun ia
coba menjadikan dasar untuk melaksanakan satu tahun kepengurusan BEM….
Pengontrolan…..
Pengorbanan…..
Ketauladanan….
Dan sedikit memaksa hati untuk menjalankan amanah
yang berat ini karena memang ia kurang bisa berdiri didepan podium, bisa salah-salah
perkataanya, dan ia pun belum bias menjadi orang yang adil yang di maksudkan
Allah SWT.
Maka untuk itu, butuh sedikit paksaan agar belajar
terhadap kekuranggan itu…
Silahkan ambil hikmah dari pengalan cerita singkat hari ini, maaf jika kurang tepat bahasa yang digunakan.... Insyallah cerita akan dilanjutkan sampai kemimpinan itu di coba dan di tempa.....
To Be Continued........
'afwan jiddan jika selama antum jadi ketua BEM tidak ada daya dan upaya ini untuk membantu...
BalasHapusana hanya bisa mengamati saja dari jauh...dan memberikan kritik merusak semangat...masukan tak mendasar...dan cibiran sok tahu...
'afwan jiddan akhi!
waslm....
BalasHapushahaha apo lo tu..